GTK, Jakarta – Membumikan nilai-nilai Pancasila dari ranah abstrak ke konkret membutuhkan teladan-teladan di berbagai lini. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengajak kita semua untuk menjadi teladan dalam mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila.
“Untuk pemaknaan Pancasila kita bisa melihat apa yang dijabarkan dalam butir-butir Pancasila sehingga sila-sila tersebut menjadi lebih operasional,” kata Dirjen GTK Kemendikbud Iwan Syahril pada webinar “Peringatan Hari Lahir Pancasila: Aktualisasi Kenormalan Baru (New Normal)”, Jakarta, Rabu (17/6/2020).
Jika dikaitkan dengan filsafat Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara maka Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani dapat berperan dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila.
“Murid-murid didorong untuk menjadi teladan-teladan. Ketika gurunya memberikan teladan. Jadi kalau kita menggunakan filsafat Ki Hajar Dewantara, ketika gurunya di depan memberikan teladan. Ketika gurunya di tengah memberikan motivasi. Memotivasi supaya murid bisa menjadi teladan-teladan dari nilai Pancasila tersebut dan bisa membuat mereka mandiri sebagai agen perubahan dan menjadi teladan bagi sekitarnya pula,” jelas Iwan Syahril.
Iwan memandang kurikulum terpenting sesungguhnya adalah keteladanan.
“Kurikulum terpenting bagi anak-anak kita dalam masa pandemi Covid-19 adalah teladan semua orang dewasa yang ada di sekitar mereka. Kita ada opsi untuk mengeluh dan menyerah, namun kita juga ada opsi untuk bangkit dan berjuang. Berilah teladan terbaik karena itulah kurikulum yang akan berbekas dan berdampak di sepanjang hidup anak-anak kita,” tuturnya.
Teladan dari Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila
Iwan Syahril untuk kemudian mengambil contoh baik dari penulis surat paling inspiratif pada lomba menulis surat untuk Mendikbud Nadiem Makarim di masa pandemi Covid-19 yakni Santi Kusuma Dewi dan Maria Yosephina Morukh.
Santi selama ramadan, mengajak siswa-siswanya menggalang dana. Dengan memanfaatkan kekuatan media sosial, membuat akun Instagram dengan nama @celenganrindukita. Menggerakkan kebaikan di hati tiap orang untuk membantu melalui donasi dengan kekuatan media sosial. Ia juga mengajarkan siswa-siswanya bermain coding (meski dirinya adalah guru Bahasa Inggris) serta menggunakan Google Earth sebagai media pembelajaran guna mengajak siswanya “keliling dunia”.
Sedangkan Maria adalah guru honorer yang mengajar di daerah pedalaman yang jauh dari perkotaan dimana fasilitas jaringan internetnya kadang hilang muncul, serta siaran TVRI tidak dapat. Siswa di daerah tersebut tidak memiliki handphone sehingga tidak memungkinkan pembelajaran online. Maria melakukan jadwal kunjung anak dari rumah ke rumah. 5 rumah siswa dalam satu hari ditempuhnya dengan menggunakan sepeda motor. Pada kunjungan ke rumah, Maria mengingatkan siswa menjaga kebersihan terutama mencuci tangan dan menggunakan masker apabila bepergian keluar rumah.
“Ini sebenarnya pengejawantahan nilai-nilai Pancasila itu sendiri dalam konteks yang sangat riil. Jadi tidak dalam konteks terlalu abstrak yang tadi kita baca sila-sila tersebut, seolah-olah itu jauh, tapi aktualisasi nilai-nilai itu sangat dekat dan sangat hadir,” terang Dirjen GTK Kemendikbud Iwan Syahril.
“Banyak sekali pahlawan-pahlawan, silent heroes yang bergerak dalam kesunyian, yang tidak diekspose oleh media, tapi sebenarnya di situ banyak hidup nilai-nilai Pancasila. Itu bisa menjadi teks yang bisa dibawa para pendidik ke dalam ruang-ruang pembelajaran,” imbuhnya.
Dirjen GTK Kemendikbud Iwan Syahril pun mengajak agar insan pendidikan berlomba-lomba menjadi teladan dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila.
“Keteladanan itu tidak perlu hal-hal yang heboh, harus terekspose atau gimana, tapi yang paling penting adalah kita bisa membawa perubahan pada kehidupan orang lain. Besar kecilnya itu tidak masalah. Dan ini sangat bisa sekali. Apalagi di saat kondisi bencana seperti saat ini. Ruang-ruang untuk bisa bergotong royong, memberikan keteladanan sangat besar sekali,” harapnya.