Webinar ini diselenggarakan sebagai bentuk dukungan dan pendampingan dari Kemendikbudristek khususnya terhadap sekolah-sekolah yang ingin mendaftar Implementasi Kurikulum Merdeka di tahun ajaran 2023. Selain itu, webinar ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas kebingungan dan kesimpangsiuran informasi yang tersebar di lapangan.

Narasumber yang hadir untuk menjabarkan dan berbagi praktik baik perihal IKM yaitu Dr. Drs. Rachmadi Widdiharto M.A. (Direktur Guru Pendidikan Dasar, Ditjen GTK), Dr. Medira Ferayanti S.S., M.A (Koordinator Pokja Implementasi Kurikulum Merdeka, Ditjen GTK), Muhlis, S.Pd., M.Pd (Guru SMPN 6 Makassar), dan Yosep Tetelepta (Guru SMA Negeri 4 Maluku Tengah).
Dalam sambutannya, Rachmadi Widdiharto menyampaikan bahwa ketika para guru sudah dapat mengakses berbagai materi dari Platform Merdeka Mengajar, ia berharap agar hal itu diiringi dengan terjadinya praktik-praktik yang mengarah pada transformasi pembelajaran, baik di dalam maupun luar ruang kelas. “Mari kita dukung dan bergerak bersama untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan kita semua,” tutupnya.
Dukungan Implementasi Kurikulum Merdeka
Kemudian, Medira Ferayanti dalam paparannya memberitahukan bahwa saat ini sudah ada 142.703 satuan pendidikan di Indonesia yang telah melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri dan 10.635 satuan pendidikan lainnya melalui program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan.
Ia menegaskan bahwa Implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan disrupsi, mengumpulkan umpan balik guna mempelajari kebijakan, dan memberi waktu bagi pendidik untuk belajar melakukan perbaikan pembelajaran. “Kemendikbudristek tak hanya melakukan perubahan kurikulum, tetapi juga mengubah strategi dalam implementasi kurikulum,” terangnya.
Lebih lanjut, Medira memberikan penjelasan lebih detail perihal 6 bentuk dukungan Kemendikbudristek dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu dukungan dalam bentuk Platform Merdeka Mengajar, komunitas belajar, narasumber berbagi praktik baik, seri webinar, layanan helpdesk, dan mitra pembangunan.
Mengenai Platform Merdeka Mengajar, ia menjelaskan bahwa dengan adanya suatu platform, maka setiap guru di Indonesia mendapatkan kesempatan mengakses pelatihan yang sama dengan kualitas yang sama. Selain itu, setiap guru di penjuru Indonesia dapat saling berbagi praktik baik dan saling menginspirasi di platform yang sama. Dengan begitu, setiap guru dapat saling berjejaring antar wilayah.
“Setiap guru di seluruh Indonesia juga dapat mengakses berbagai perangkat ajar yang bisa dijadikan contoh atau langsung pakai. Juga, setiap guru itu memiliki kesempatan memperoleh dokumen terbaru. Lalu, melalui platform tersebut, setiap guru juga dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan masing-masing,” ujar Medira melanjutkan.
Lalu, perihal komunitas belajar, Medira menjelaskan bahwa sejatinya ada tiga ide besar yang mendasari komunitas belajar, yaitu mesti fokus pada pembelajaran, budaya kolaborasi dan tanggung jawab bersama, serta fokus pada hasil. “Ada empat pertanyaan kunci dalam Komunitas Belajar, yakni siswa harus belajar apa saja? Bagaimana cara mengetahui bahwa siswa telah belajar? Apa yang harus dilakukan jika mereka tidak belajar? Dan apa yang harus dilakukan jika mereka sudah belajar?” ujar Medira.
Itu sebabnya, lanjut Medira, mengapa komunitas belajar dalam sekolah sangat penting. Komunitas belajar menjadi wadah untuk merealisasikan terjadinya kolaborasi antar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). PTK belajar bersama (tidak terisolasi), dan bersepakat bahwa pendidikan semua murid adalah tanggung jawab kolektif. Dengan adanya komunitas belajar dalam sekolah, ketimpangan kompetensi antar PTK, khususnya pendidik dapat diminimalisir, sehingga murid memperoleh pengalaman belajar dengan kualitas yang sama siapapun pendidiknya.
Dukungan selanjutnya dari Kemendikbudristek untuk Implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu Seri Webinar khusus tentang IKM dan PMM. “Semua guru dan kepala satuan pendidikan dapat menguatkan pemahaman mengenai Kurikulum Merdeka dengan mengikuti seri webinar secara mandiri maupun bersama Komunitas Belajar,” tutur Medira. “Topik-topik dalam webinar dibuat untuk menjawab kebutuhan PTK terkait IKM, sehingga terjadi suatu proses belajar bagi PTK saat menyaksikan webinar,” ujarnya terkait hal yang selalu bisa didapatkan satuan pendidikan dari setiap seri webinar.
Selain itu juga ada dukungan lainnya berupa Pusat Layanan Bantuan, Narasumber Berbagi Praktik Baik, dan Mitra Pembangunan. Terkait Pusat Layanan Bantuan, ini merupakan layanan pengaduan terpadu yang berbasis Whatsapp terpusat pada 1 nomor ponsel yang sama dengan menggunakan aplikasi Helpdesk.
Sementara itu, Narasumber Berbagi Praktik Baik adalah guru/tutor /pendidik lainnya yang telah memiliki praktik baik terkait implementasi Kurikulum Merdeka maupun prinsip-prinsip kurikulum merdeka dan juga kepala sekolah/satuan pendidikan yang telah memiliki praktik baik kepemimpinan implementasi Kurikulum Merdeka maupun prinsip-prinsip kurikulum merdeka. “Dengan pengalaman tersebut, para narasumber tersebut dapat berbagi praktik baik implementasi kurikulum merdeka sesuai dengan permintaan atau undangan dari satuan pendidikan maupun komunitas belajar baik secara daring maupun secara luring,” ucap Medira.
Selanjutnya, tentang Mitra Pembangunan, Medira menyampaikan bahwa karakteristik mitra pembangunan yang dapat bekerja sama dengan IKM secara mandiri, yakni mesti self-funded, diharapkan sudah ada sekolah binaan dan MoU dengan pemerintah daerah, sudah pernah bekerja dengan daerah binaan minimal setahun, dan mempunyai fokus pada proses pembelajaran.
Soal kerja sama, Medira menurutkan bahwa mekanisme kerja sama yang dilakukan akan bersifat asimetris, yaitu Implementasi Kurikulum Merdeka yang didampingi oleh mitra pembangunan tidak harus seragam. Ruang lingkup implementasi dapat disesuaikan dengan kapasitas mitra dan pilihan satuan pendidikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Lalu, tergantung kebutuhan, yaitu formalitas kerjasama tergantung kebutuhan mitra pembangunan. Selanjutnya, kerjasama itu juga dilakukan dengan pendanaan mandiri oleh mitra pembangunan dan mesti ada pertemuan berkala, yaitu komunikasi rutin akan menjadi mekanisme operasional kerja sama.
“Sangat terbuka peluang untuk mitra pembangunan daerah/lokal yang ingin bekerja sama dalam mendampingi IKM jalur mandiri. Silakan menghubungi UPT BBPMP/ BPMP di masing-masing daerah,” tutupnya.
Cerita Praktik Baik Guru dalam Pemanfaatan 6 Dukungan Kemendikbudristek untuk IKM
Muhlis, guru SMP Negeri 6 Makassar menyampaikan perihal praktik baik yang dilakukannya terkait 6 dukungan Kemendikbudristek atas Implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya bagaimana sekolahnya memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar dan Seri Webinar IKM untuk memperdalam pemahaman tentang Implementasi Kurikulum Merdeka.
Muhlis mengatakan bahwa ketika Kurikulum Merdeka diluncurkan, ia merasakan pertanyaan umum yang muncul bagi guru, seperti bagaimana proses pembelajaran dilakukan, apakah administrasi pembelajaran masih menjadi fokus utama, bagaimana kualitas pembelajaran, dan bagaimana memposisikan murid.
Dengan adanya PMM, Muhlis mengakui, semua pertanyaan itu terjawab. Ia dan rekan-rekannya dapat belajar di Pelatihan Mandiri dan itu pada gilirannya membuatnya addicted. “Di Pelatihan Mandiri saya selalu penasaran mencoba topik-topik lainnya, karena materi/videonya pendek dan mudah dipahami, soal latihan pemahaman sedikit tapi mendalam, dapat mengenali diri di cerita reflektif,” tuturnya. Dan dengan mengajar di fitur Perangkat Ajar, lujar Muhlis, para murid lebih aktif, semangat, lebih mudah memahami pelajaran.
Terkait Seri Webinar, Muhlis mengaku bahwa ia dan rekan-rekan tak hanya bergantian menyimak seri webinar IKM dan PMM, tetapi juga melakukan nonton bareng. “Kami saling mewajibkan diri untuk menyaksikan seri webinar ini. Pada akhirnya yang penting adalah terjadinya kegiatan belajar bersama di antara kami, karena kami saling menyampaikan apa yang kami dapatkan dari webinar itu. Ditambah lagi, kepala sekolah memberikan kesempatan untuk melakukan itu,” jelasnya.
Setelah itu, Yosep Tetelepta, guru SMA Negeri 4 Maluku Tengah turut menyampaikan tentang perihal praktik baik yang dilakukannya terkait 6 dukungan Kemendikbudristek atas Implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya Komunitas Belajar dan Narasumber Berbagi Praktik Baik.
Dengan memanfaatkan keberadaan Komunitas Belajar, terang Yosep, para guru di sekolahnya bisa saling belajar satu sama lain. “Saya bersyukur bisa punya komunitas belajar di sekolah, saya bisa saling belajar dari guru lain, mereka punya pengalaman yang saya tidak punya,” tuturnya. Selain itu, komunitas belajar juga membuat terciptanya kolaborasi antar sesama guru. “Murid tidak lagi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing guru, melainkan menjadikan tanggung jawab bersama yang perlu diupayakan secara berkelanjutan. Untuk itulah kami perlu berbagi praktik baik, mendiskusikan hasil belajar murid, dan apa yang perlu ditingkatkan,” ia melanjutkan.
Sedangkan, untuk dukungan Narasumber Berbagi Praktik Baik, Yosep mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya memanfaatkan fitur yang ada di PMM untuk mencari narasumber berbagi praktik baik yang sesuai dengan kebutuhan sekolahnya. “Kami melihat bahwa ini dampaknya sangat luar biasa. Banyak hal baru yang disampaikan narasumber yang bisa jadi pelajaran bagi kami.”
Ia memberikan contoh ketika sekolahnya belum terlalu memahami Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sekolahnya kemudian menghubungi narasumber yang berada di wilayah yang sama. Setelah dijelaskan oleh narasumber, akhirnya mereka bisa memahami lebih dalam, lalu kemudian menyelenggarakan P5 di sekolah mereka. “Saya percaya bahwa jika ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendiri. Dan jika ingin berjalan jauh, maka berjalanlah bersama-sama,” tutupnya.