Dirjen GTKPG Sampaikan Strategi Pembangunan Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045 pada Talk Show Dewan Profesor UNS

Direktur Jenderal (Dirjen) Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (GTKPG) hadir sebagai narasumber dalam Talk Show Dewan Profesor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Paparan Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., dalam momen ini mengangkat topik “Strategi Pendidikan dalam Menyiapkan SDM Unggul Menuju Indonesia Emas 2045”. Terlaksananya talkshow menjadi langkah strategis UNS di bidang pendidikan nasional. 

Dalam pemaparannya yang komprehensif, Prof. Nunuk Suryani dengan tegas menyatakan bahwa pilar utama dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 terletak pada kekuatan sektor pendidikan. Beliau menggarisbawahi bahwa perjalanan menuju visi tersebut harus dimulai dengan fondasi transformasi yang kokoh pada periode 2025-2029. Langkah-langkah esensial seperti pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan kualitas kesehatan, dan penguatan jaring pengaman sosial menjadi prasyarat. Tak hanya itu, program hilirisasi sumber daya alam serta penguatan riset, inovasi, dan produktivitas tenaga kerja turut menjadi agenda penting dalam tahapan awal ini.

Lebih lanjut, Prof. Nunuk menekankan esensi pendidikan dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. “Pendidikan menjadi faktor penentu dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, berkualitas, dan produktif. Ini berkontribusi penting dalam menciptakan generasi profesional yang terampil, kreatif, dan inovatif sehingga mampu berkompetisi di era global,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen GTKPG ini juga memaparkan gambaran demografi Indonesia terkini. Data per Agustus 2023 menunjukkan populasi mencapai 283 juta jiwa, dengan didominasi oleh generasi muda, yakni Milenial dan Gen Z. Indonesia, menurutnya, memiliki keuntungan demografis berupa bonus usia produktif yang mencapai 191 juta jiwa.

Namun, beliau mengingatkan bahwa potensi ini hanya akan berbuah maksimal jika diiringi dengan peningkatan mutu pendidikan yang signifikan. “Bonus demografi ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin melalui peningkatan kualitas pendidikan agar dapat berkontribusi maksimal terhadap pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.

Prof. Nunuk juga menyoroti tiga kelompok strategis yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam upaya peningkatan kualitas hidup, yaitu anak-anak, perempuan, dan pemuda. Beliau meyakini bahwa “Pendidikan menjadi katalisator utama dalam menyiapkan tenaga kerja yang sehat, terdidik, dan produktif untuk memutus rantai kemiskinan dan meningkatkan mobilitas sosial.”

Intervensi program pendidikan yang tepat sasaran bagi keluarga miskin juga menjadi poin penting dalam paparannya. Program Indonesia Pintar (PIP) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dipandang sebagai langkah krusial untuk memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan yang layak. “Kombinasi kedua program tersebut dinilai mampu menjaga keberlanjutan sekolah anak-anak serta mencegah angka putus sekolah, sekaligus meningkatkan angka partisipasi pendidikan di berbagai jenjang,” jelasnya.

Lebih jauh, Prof. Nunuk mengidentifikasi sejumlah isu strategis pembangunan nasional di sektor pendidikan yang memerlukan perhatian serius. Di antaranya adalah kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa di tingkat pendidikan dasar, serta upaya untuk meningkatkan peringkat Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia agar sejajar dengan negara-negara anggota OECD.

Beliau juga menyoroti tantangan pemerataan partisipasi pendidikan antarwilayah dan antarkelompok sosial ekonomi. Dalam konteks peningkatan kualitas guru, pemerintah terus berupaya merumuskan kebijakan terbaik bagi guru ASN, meskipun tantangan terkait kualitas dan pemerataan distribusi guru di berbagai pelosok Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang besar.

Prof. Nunuk menyampaikan visi yang jelas mengenai kualitas lulusan yang diharapkan pada tahun 2045. “Ciri SDM unggul Indonesia Emas 2045 adalah cerdas, kreatif, inovatif, berkarakter kuat, berakhlak mulia. Selain itu, mereka juga penting memiliki wawasan multikulturalisme, memiliki kemampuan literasi, penguasaan iptek, dan produktivitas tinggi,” urainya.

Untuk mencapai visi tersebut, Prof. Nunuk menekankan perlunya perubahan arah dalam investasi pendidikan. “Investasi pendidikan ke depan perlu diarahkan pada pemerataan akses, peningkatan kualitas, serta relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Pendidikan juga harus mampu membentuk karakter peserta didik yang memiliki identitas kebangsaan kuat, bermartabat, dan siap bersaing di era global,” tegasnya sekali lagi.

Prof. Nunuk membeberkan peta jalan pendidikan Indonesia tahun 2025-2045 yang memuat arah kebijakan pembangunan pendidikan. Kebijakan-kebijakan prioritas tersebut meliputi percepatan wajib belajar 13 tahun, penguatan sistem tata kelola pendidikan, pemerataan akses pendidikan tinggi berkualitas, pengembangan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics), dan peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Selain itu, pemerintah juga akan memfokuskan diri pada penguatan pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas, peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran, penyediaan layanan pendidikan keagamaan yang bermutu, peningkatan kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi, pengembangan manajemen talenta nasional, hingga penguatan budaya literasi sebagai fondasi kreativitas dan inovasi.

Talk show yang berlangsung di UNS ini tidak hanya menjadi ajang penyampaian informasi, tetapi juga menjadi forum penting bagi para akademisi dan pemangku kepentingan untuk memahami secara mendalam arah kebijakan nasional dalam mempersiapkan SDM unggul menyambut Indonesia Emas 2045. Acara yang berlangsung dinamis ini diakhiri dengan sesi diskusi interaktif yang melibatkan Prof. Nunuk dengan para peserta, yang didominasi oleh dosen, mahasiswa, serta perwakilan lembaga pendidikan di Kota Surakarta, menunjukkan antusiasme dan komitmen bersama dalam memajukan pendidikan bangsa.

Gambar Siaran Pers

featured
featured
featured
featured
featured
featured
featured