Bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Direktorat Jenderal Guru Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Ditjen GTKPG), bersama dengan Plan Indonesia, menggelar Webinar Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Seri 4 pada Rabu 23 Juli 2025. Webinar bertajuk “Guru Hebat: Punya SOP Kedaruratan dan Melakukan Simulasi di Sekolah” ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam sambutannya saat membuka webinar, Direktur Guru Pendidikan Dasar, Rachmadi Widdiharto menyoroti pentingnya kesiapsiagaan bencana di sekolah. Menurut dia, guru, kepala sekolah, dan tenaga pendidik berperan penting untuk mewujudkan hal tersebut. Selain itu, ia juga menekankan bahwa penguatan sistem kesiapsiagaan dan pembentukan Standar Operasional Prosedur (SOP) kedaruratan di satuan pendidikan merupakan hal vital untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi anak-anak.
“Melalui webinar ini, kami ingin mendorong setiap satuan pendidikan di Indonesia untuk memiliki SOP kedaruratan yang relevan dengan risiko di lingkungan masing-masing, dan melaksanakan simulasi secara berkala. Ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi bentuk nyata dari cinta dan perlindungan kita terhadap anak-anak Indonesia,” kata Rachmadi.
Sementara itu, Muhammad Juarsa, Project Manager Plan Indonesia, menyampaikan bahwa sejak pelaksanaan proyek SPAB dimulai, jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini semakin meningkat. Ia menjelaskan bahwa meskipun SPAB berfokus pada pengurangan risiko bencana, program ini juga mencakup isu-isu lain seperti kekerasan terhadap anak dan perundungan di sekolah.
Selain itu, Muhammad Juarsa juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dinas pendidikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dinas sosial, serta kelompok masyarakat sipil untuk memperluas jangkauan dan dampak positif dari program SPAB. “Para pegiat pengurangan resiko bencana, mereka sudah berpengalaman melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini di tingkat komunitas, maupun di tingkat sekolah. ini menjadi media yang baik, yang memudahkan kami menyebarkan informasi resiko bencana,” ujar dia.
Pentingnya Penguatan SOP Kedaruratan
Salah satu fokus utama dalam webinar ini adalah pentingnya keberadaan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam menghadapi keadaan darurat. Ni Putu Nita Anggraini, fasilitator SPAB Provinsi Bali, menjelaskan bahwa setiap sekolah harus memiliki SOP kedaruratan yang jelas, serta melibatkan seluruh warga sekolah, mulai dari guru, kepala sekolah, hingga siswa dalam menjalankan prosedur tersebut. Keberadaan SOP yang terstruktur sangat penting, karena tanpa hal tersebut, keselamatan seluruh warga sekolah dapat terancam ketika bencana datang tanpa peringatan.
Nita juga mengingatkan bahwa simulasi bencana di sekolah menjadi bagian penting dalam menguji kesiapsiagaan dan memastikan respons cepat terhadap situasi darurat. Selain itu, ia menyoroti tantangan dalam melibatkan siswa berkebutuhan khusus dan pentingnya pengintegrasian materi SPAB dalam kegiatan seperti MPLS serta peran aktif siswa sebagai agen perubahan. Menurut dia, keberhasilan implementasi SPAB sangat bergantung pada komitmen dari pemerintah, kepala sekolah, guru, dan komunitas sekolah.
Sementara itu, M. Andrianto, fasilitator nasional SPAB, turut berbagi mengenai bagaimana simulasi kedaruratan dapat dijalankan dengan efektif. Simulasi yang baik, menurutnya, bukan hanya sekadar pelatihan teknis, melainkan juga melibatkan seluruh komponen sekolah, termasuk siswa. Ia menekankan pentingnya melakukan simulasi bencana secara rutin, minimal dua kali setahun, yang disertai dengan evaluasi mendalam untuk menilai efektivitas SOP dan kesiapsiagaan sekolah. Simulasi tersebut meliputi langkah-langkah evakuasi, penggunaan alat peringatan dini, serta penanganan korban bencana.
Selain soal kesiapan fisik, webinar ini juga membahas tentang perlindungan anak yang menjadi isu utama dalam dunia pendidikan. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta, Erlina Hidayati Sumardi, mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap anak, baik secara fisik, psikologis, maupun seksual, masih menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, SPAB tidak hanya berfokus pada kesiapsiagaan terhadap bencana alam saja, tetapi juga menyentuh pada aspek perlindungan anak dari kekerasan yang dapat terjadi di lingkungan sekolah.
Ia juga menjelaskan prinsip-prinsip perlindungan anak berdasarkan hukum yang berlaku, serta menekankan pentingnya pemahaman yang jelas tentang jenis-jenis kekerasan. Selain itu, Erlina pun mengingatkan terkait hak anak untuk mendapat perlindungan dan peran penting satuan pendidikan dalam menciptakan lingkungan yang aman melalui pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di sekolah, serta mekanisme pengaduan yang dapat diakses oleh korban.
Pada intinya, upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman bagi anak-anak, tidak bisa dikerjakan sendirian. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan adalah kunci untuk menciptakan sekolah yang tidak hanya aman dari bencana alam, tetapi juga dari kekerasan dan ancaman lainnya. Karena itu, SPAB menjadi salah satu langkah penting untuk mewujudkan visi tersebut, agar setiap anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan tangguh.- (Tim Kom GTK)